Judul Buku: Cara dan
Upaya Budidaya Terung
Pengarang: Eriyandi
Budiman
Penerbit: CV. Wahana
Iptek Bandung
Tahun Terbit: 2008
Rangkuman:
BAB 1 “LEBIH JAUH DENGAN TANAMAN TERUNG”
A. Awal Mula Tanaman Terung
Dari
catatan sejarah, daerah/negara yang diduga sebagai asal tanaman terung terletak
di Asia, yakni India dan Birma. Menurut penelitian, sejak ratusan tahun lalu,
terung mulanya hanya tumbuh liar. Namun kemudian setelah diketahui enak dan
banyak manfaatnya, terung kemudian mulai dibudidayakan di daerah tersebut. Jadi
hakikatnya, tanaman terung merupakan tanaman asli daerah tropis. Namun kini
terung sudah dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia, maupun
daerah-daerah lain di berbagai belahan dunia.
B. Klasifikasi Tanaman
Terung
Dalam ilmu Botani (tumbuhan),
tanaman buah terung diklasifikasikan kedalam:
Divisi:
Spermatophyta (tanaman berbiji)
SubDivisi:
Angiospermae
Kelas:
Dicotyledonae
Ordo
(bangsa): Tubiflorae
Famili
(suku): Solanacae
Genus
(marga): Solanum
Spesies (jenis): Solanum melongena L
C. Deskripsi dan
Morfologi Tanaman Terung
Tanaman terung termasuk tanaman
sayuran buah berumur pendek (semusim), yang berbentuk semak perdu (herba).
Tumbuhnya pendek dengan tinggi sekitar 50-150 cm atau lebih, tergantung varietasnya.
Secara morfologi, organ-organ penting tanaman terung mencakup:
(1).
Akar
Tanaman
ini tunggang dan berakar serabut.
(2).
Batang
Tanaman
terung mempunyai batang pendek berbentuk persegi bulat dan agak lengkung namun
kuat, yang terdapat pada bagian yang berada di luar tanah.
(3). Daun
Daun tanaman terung berbentuk bulat atau bulat panjang
(lonjong), dengan ujung yang meruncing, dan pangkal daun menyempit, sedangkan
bagian tengahnya melebar.
(4). Bunga
Ukuran bunganya kecil, dengan diameter 2-3 cm, berbentuk
rotatus (bintang). Bunga terung berkelamin ganda.
(5). Buah
Warna
kulit, ukuran, dan bentuk buah terung sangat beragam. Buah terung merupakan
buah sejati tunggal, yang terdiri dari kulit buah,daging buah, dan biji.
D. Varietas Terung
Jumlah varietas terung cukup banyak. Selain varietas lokal,
juga terdapat varietas dari manca negara, yang kemudian dibudidayakan secara
hibrida (persilangan). Beberapa vrietasnya tersebut diantaranya adalah:
(1). Mustang
Ciri-ciri: pertumbuhan tanaman cepat, kuat, seragam, berbuah
lebat, tahan panas, dan dapat ditanam semusim, dengan umur panen sedang sesudah
pindah tanam. Bentuk tanaman tegak, buahnya berkulit halus ungu merah mengkilap
dan enak rasanya.
(2). Naga Ungu
Ciri-ciri: tanaman cukup besar, tegap, bentuknya rimbun,
tangai daun berwarna hijau tua, batangnya tinggi dan lebar, daun bundar
menguncup dan lebar. Buahnya berkulit halus berwarna ungu dan enak rasanya.
(3). Bulat Ungu
Ciri-ciri: pertumbuhan tanaman cepat, kuat, seragam, berbuah
lebat, tahan panas, dapat tumbuh lebih baik dibawah kondisi cuaca panas. Bentuk
buahnya bulat, dan kulit buah halus berwarna ungu.
(4). Echo
Ciri-ciri: tanaman cukup besar, bentuknya rimbun, tangkai daun
berwarna hijau tua, batangnya tinggi dan lebar, daun bundar menguncup dan lebar,
berwarna hijau muda, dengan permukaan daun dan tepi daun berbulu. Buahnya enak
dan berwarna ungu terang.
(5). Varietas Lain
Beberapa varietas lokal diantaranya ialah varietas Ngipik
Sari, varietas Sapi Ciparay, varietas Putih Cilacap, dan masih banyak lagi.
Selain
varietas yang berasal dari Indonesia itu juga ada banyak varietas luar negeri
seperti Fond May, Slim Purple, dan Pingtung Long yang berasal dari Taiwan. Ada
juga dari Jepang, diantaranya vaerietas Black Dragon, Black King, dan Shoya
Long. Selain beberapa varietas tersebut, ada pula terung yang sangat berbeda,
namanya Terung Belanda (Cyphomandra betacea). Aslinya dari Peru, Amerika latin.
E. Manfaat dan Kegunaan Terung
Sebagai bahan makanan sayuran
,terung mempunyai manfaat dan kegunaan yang banyak. Konsumsi utama terhadap
terung adalah buahnya yang masih muda (cukup umur). Buah terung dapat digunakan
sebagai pelengkap bersama ayam goreng, bebek goreng, pecel lele plus sambal
terasi atau sambal jenis lainnya. Selain itu,terung dapat pula digunakan
sebagai bahan untuk terapi (pengobatan) bagi beragam penyakit. Misalnya, untuk
penyakit wasir, pengobatan perut, membersihkan darah, menurunkan gula darah,
memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Bahkan Terung Belanda dapat menjadi
obat cuci perut, menghilangkan gatal-gatal, juga berguna sebagai bahan kosmetik
alami.
BAB 2 “SYARAT
PERTUMBUHAN TANAMAN TERUNG”
A. Iklim
(1) Suhu Udara
Suhu udara 20oC – 32oC
(0-1200 m dpl), merupakan suhu yang cocok untuk tanaman terung
(2) Kelembaban Udara
Pertumbuhan tanaman terung dapat
berjalan baik pada kelembaban udara 80% - 90%
(3) Angin
Angin juga berperan dalam
pertumbuhan terung, yaitu dengan cara membantu pengenaan serbuk sari dan putik,
hingga menghasilkan pembuahan.
(4). Curah Hujan
Ketersediaan air tanah yang cukup,
mempunyai manfaat dominan dalam pertumbuhan terung. Tanaman terung juga dapat
ditanam sepanjang tahun dengan curah hujan yang sesuai yaitu 1000-1.200
mm/tahun.
B. Keadaan tanah
(1). Sifat Fisika Tanah
Tanah yang mudah mengikat air,
gembur, atau kedalaman tanah yang cukup, merupakan sifat fisik tanah yang cocok
untuk pertumbuhan tanaman terung.
(2). Sifat Kimia Tanah
Tanah yang memiliki derajat
keasaman (pH tanah) 6,8-7,3 adalah kondisi kimia tanah yang cocok untuk terung.
(3). Sifat Biologis Tanah
Pertumbuhan tanaman akan
meningkat, bila unsure biologis tanahnya baik, yaitu tanah yang mengandung
banyak jasad renik, serta mengandung humus dan bermacam-macam unsure hara.
BAB III
“BUDIDAYA TERUNG”
A. Cara Memperoleh
Bibit
Pengadaan benih/bibit tanaman dapat
diperoleh dengan mengajukan bibit bantuan pemerintah atau murni swadaya petani.
Namun dapat pula dilakukan sendiri atau membeli yang sudah siap tanam. Membeli
bibit juga harus dari orang/tempat yang sudah dipercaya untuk terhindar dari
penipuan.
B. Penentuan Saat
Tanam
Waktu yang dianggap tepat untuk menanam
terung adalah pada bulan Maret-April, yakni pada saa penghujung musim hujan.
C. Penyiapan Lahan
(1). Persiapan Lahan Persemaian
Syaratnya: tempat persemaian
harus mempuanyai tanah yang gembur, subur, dan dapat menahan air dengan baik;
bersih dari rumputan, sisa-sisa tanaman terdahulu, dan batu-batu kerikil; dekat
sumber air yang sehat dan bersih, serta airnya cukup berlimpah; bebas dari
banjir dan genangan air; tidak jauh dengan area penanam (kebun produksi); serta
mendapatkan penyinaran cahaya matahari yang cukup. Persiapan tanah persemaian
biasanya 15 hari, dan pada umur 21-30 hari bibit tanaman terung dapat dipindah
tanam.
(2). Penyiapan Lahan Untuk
Penanaman Bibit
Pengolahan tanah dilakukan selang
27 hari setelah mempersiapkan lahan persemaian. Karena penanaman bibit semai
baru dapat ditanam setelah 26 hari, sedangkan usia bibit pindah tanam 26-30
hari setelah semai.
Pengolahan tanah dilakukan dalam
tiga tahap. Pertama tanah dibajak dengan traktor atau alat bajak yang ditarik
sapi atau kerbau sedalam 40 cm. Seminggu kemudian tanah dicangkul tipis-tipis
agar gembur, remah, lalu diratakan. Tahap ke dua, menyisir tanah untuk memecah
tanah hasil bajakan sebelumnya. Tanah dicangkul tipis-tipis dan diratakan lalu
biarkan 1 minggu untuk dianginkan. Tahap ke tiga digemburkan lagi dengan
cangkul tipis-tipis sedalam 30 cm, sekaligus dibuat parit berukuran 40 cm dan
bedeng. Agar sinar matahari diserap merata, bedengan dibuat membujur timur ke
barat, dengan lebar 100-120 cm sesuai varietas yang ditanam. Setelah bedengan
dan parit dibuat, biarkan 1 minggu agar ada reaksi dari pemupukan yang telah
dilakukan.Tahap pengapuran tanah dilakukan pada tahap pengolahan tanah ke dua
atau ke tiga atau dua minggu sebelum tanam. Pengapuran dilakukan dengan
menebarkan kapur jenis kapur tembok, kapur sirih, atau kapur karbonat
menyebarkannya secara rata pada permukaan tanah, lalu dicangkul tipis-tipis
sampai tercampur rata dengan tanah.
Pemupukan dasar dapat dilakukan
dengan pupuk kandang, kompos, atau pupuk hijau yang telah matang, dengan dosis
15-20 ton/ha. Sterilisasi tanah juga diperlukan, yaitu untuk menekan sekecil
mungkin serangan hama dan penyakit terung.
(3). Pemasangan Mulsa Plastik
Hitam Perak
Cara pemasangan dilakukan setelah dibuat
bedengan dan diberi bubuk, yaitu dengan cara mengairi dulu bedengan tersebut
sampai basahnya cukup. Kemudian bedengan dirapikan, lalu bedengan ditutup
plastik dengan yang berwarna hitam menghadap ke bawah, dan warna perak
menghadap ke atas.
D. Pembibitan
Tanaman terung berkembangbiak melalui biji.
Agar benih (biji) tumbuh baik, perlu disemaikan dahulu pada media semai, walau
dapat pula ditanam langsung di kebun. Sebelum disemai, benih sebaiknya
diseleksi. Pilihlah biji yang utuh, sehat, bersih, bentuk biji normal dan kulit
bijinya mengkilap dan tidak keriput. Kemudian rendam selama 12 jam dengan air
dan larutan BNN Harmony (dosis 30 cc/liter air). Selanjutnya letakkan benih
pada kain basah selama 1-2 hari dan semprot 3-5 kali sehari. Namun sehari
sebelum benih ditaburkan, media semainya harus disiram air dahulu. Untuk
menyemai benih dapat dilakukan dengan menyebarkannya secara merata pada media
semai atau bedeng, lalu secara tipis ditutup tanah. Penyapihan dan seleksi
bibit dapat dilakukan bila bibit sudah berdaun 1-2 helai. Pada usia 21-30 hari,
benih sapihan dapat ditanam di kebun/bedeng.
E. Menanam Bibit
di Kebun
Sebelum bibit diambil dari
kantung polybag hendaknya dibasahi terlebih dahulu, baru bibitnya dikeluarkan
berserta tanahnya dengan cara menyobek kantung polybag. Cara pemindahan bibit
dari persemaian dapat dilakukan dengan system cabut. Cara ini diawali dengan
menyiram air ke dalam tanah agar akar dapat dilepas, lalu tanam di lubang
bedeng (galengan kebun) yang telah disiapkan. Penanaman tersebut juga harus
memperhatikan jarak tanaman yakni 60 cm untuk satu barisan.
BAB V
“PENCEGAHAN SERTA PEMBERANTASAN PENYAKIT DAN HAMA”
A. Pencegahan Umum
Serangan Penyakit dan Hama
Beberapa cara pencegahan:
(1). Secara kultur teknis, yaitu
dengan memodifikasi kegiatan pertanian tertentu agar lingkungan pertanian
menjadi tidak menguntungkan bagi perkembangan penyakit dan hama, tetapi tidak
mengganggu persyaratan pertumbuhan tanaman.
(2). Secara hayati, yaitu dengan
cara memanfaatkan musuh-musuh alami seperti predator, parasit, bakteri, jamur,
virus, nematode, dan pathogen
(3). Secara kimiawi, yaitu menggunakan
pengendali hama bahan kimia beracun (pestisida).
B. Penyakit
Tanaman dan Cara Mengatasinya
(1). Antrakosa
Penyebabnya adalah cendawan
Gloesporium melongena Ell Halst, yang hidup pada sisa-sisa tanaman sakit, Ia
menyebar lewat air, peralatan pertanian, angin, dan serangga. Cara mengatasinya
dengan menyemprotkan fungisida
(2). Bercak Daun Coercospora
Penyakit ini disebabkan cendawan
Coercospora melongenae, yang membuat daun bercak-bercak kelabu
gelap/kecoklatan. Cara pencegahan, menyemprotkan fungisida dan melakukan
sanitasi kebun,
(3). Penyakit Busuk Buah
Penyebabnya adalah cendawan
Phtopohra nicotianae B de Haan Var, dan Phtopora Palmivora buth yang menyebar
lewat benih, dan tanaman inang yang sakit. Menyebabkan buah bercak cokat yang
besar dan melekuk serta kebasahan. Cara pencegahan, menyemprotkan fungisida dan
melakukan sanitasi kebun.
***