Minggu, 01 September 2013

Rangkuman Buku Pengetahuan Populer : Cara dan Upaya Budidaya Terung


Judul Buku: Cara dan Upaya Budidaya Terung
Pengarang: Eriyandi Budiman
Penerbit: CV. Wahana Iptek Bandung
Tahun Terbit: 2008
Rangkuman:

BAB 1 “LEBIH JAUH DENGAN TANAMAN TERUNG”

A. Awal Mula Tanaman Terung
            Dari catatan sejarah, daerah/negara yang diduga sebagai asal tanaman terung terletak di Asia, yakni India dan Birma. Menurut penelitian, sejak ratusan tahun lalu, terung mulanya hanya tumbuh liar. Namun kemudian setelah diketahui enak dan banyak manfaatnya, terung kemudian mulai dibudidayakan di daerah tersebut. Jadi hakikatnya, tanaman terung merupakan tanaman asli daerah tropis. Namun kini terung sudah dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia, maupun daerah-daerah lain di berbagai belahan dunia.
B. Klasifikasi Tanaman Terung
            Dalam ilmu Botani (tumbuhan), tanaman buah terung diklasifikasikan kedalam:
Divisi: Spermatophyta (tanaman berbiji)
SubDivisi: Angiospermae
Kelas: Dicotyledonae
Ordo (bangsa): Tubiflorae
Famili (suku): Solanacae
Genus (marga): Solanum
Spesies (jenis): Solanum melongena L
C. Deskripsi dan Morfologi Tanaman Terung
            Tanaman terung termasuk tanaman sayuran buah berumur pendek (semusim), yang berbentuk semak perdu (herba). Tumbuhnya pendek dengan tinggi sekitar 50-150 cm atau lebih, tergantung varietasnya. Secara morfologi, organ-organ penting tanaman terung mencakup:
(1). Akar
Tanaman ini tunggang dan berakar serabut.
(2). Batang
Tanaman terung mempunyai batang pendek berbentuk persegi bulat dan agak lengkung namun kuat, yang terdapat pada bagian yang berada di luar tanah.
(3). Daun
Daun tanaman terung berbentuk bulat atau bulat panjang (lonjong), dengan ujung yang meruncing, dan pangkal daun menyempit, sedangkan bagian tengahnya melebar.
(4). Bunga
Ukuran bunganya kecil, dengan diameter 2-3 cm, berbentuk rotatus (bintang). Bunga terung berkelamin ganda.
(5). Buah
Warna kulit, ukuran, dan bentuk buah terung sangat beragam. Buah terung merupakan buah sejati tunggal, yang terdiri dari kulit buah,daging buah, dan biji.
D. Varietas Terung
Jumlah varietas terung cukup banyak. Selain varietas lokal, juga terdapat varietas dari manca negara, yang kemudian dibudidayakan secara hibrida (persilangan). Beberapa vrietasnya tersebut diantaranya adalah:
(1). Mustang
Ciri-ciri: pertumbuhan tanaman cepat, kuat, seragam, berbuah lebat, tahan panas, dan dapat ditanam semusim, dengan umur panen sedang sesudah pindah tanam. Bentuk tanaman tegak, buahnya berkulit halus ungu merah mengkilap dan enak rasanya.
(2). Naga Ungu
Ciri-ciri: tanaman cukup besar, tegap, bentuknya rimbun, tangai daun berwarna hijau tua, batangnya tinggi dan lebar, daun bundar menguncup dan lebar. Buahnya berkulit halus berwarna ungu dan enak rasanya.
(3). Bulat Ungu
Ciri-ciri: pertumbuhan tanaman cepat, kuat, seragam, berbuah lebat, tahan panas, dapat tumbuh lebih baik dibawah kondisi cuaca panas. Bentuk buahnya bulat, dan kulit buah halus berwarna ungu.
(4). Echo
Ciri-ciri: tanaman cukup besar, bentuknya rimbun, tangkai daun berwarna hijau tua, batangnya tinggi dan lebar, daun bundar menguncup dan lebar, berwarna hijau muda, dengan permukaan daun dan tepi daun berbulu. Buahnya enak dan berwarna ungu terang.
(5). Varietas Lain
Beberapa varietas lokal diantaranya ialah varietas Ngipik Sari, varietas Sapi Ciparay, varietas Putih Cilacap, dan masih banyak lagi.
Selain varietas yang berasal dari Indonesia itu juga ada banyak varietas luar negeri seperti Fond May, Slim Purple, dan Pingtung Long yang berasal dari Taiwan. Ada juga dari Jepang, diantaranya vaerietas Black Dragon, Black King, dan Shoya Long. Selain beberapa varietas tersebut, ada pula terung yang sangat berbeda, namanya Terung Belanda (Cyphomandra betacea). Aslinya dari Peru, Amerika latin.
E. Manfaat dan Kegunaan Terung
Sebagai bahan makanan sayuran ,terung mempunyai manfaat dan kegunaan yang banyak. Konsumsi utama terhadap terung adalah buahnya yang masih muda (cukup umur). Buah terung dapat digunakan sebagai pelengkap bersama ayam goreng, bebek goreng, pecel lele plus sambal terasi atau sambal jenis lainnya. Selain itu,terung dapat pula digunakan sebagai bahan untuk terapi (pengobatan) bagi beragam penyakit. Misalnya, untuk penyakit wasir, pengobatan perut, membersihkan darah, menurunkan gula darah, memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Bahkan Terung Belanda dapat menjadi obat cuci perut, menghilangkan gatal-gatal, juga berguna sebagai bahan kosmetik alami.
BAB 2 “SYARAT PERTUMBUHAN TANAMAN TERUNG”
A. Iklim
(1) Suhu Udara
Suhu udara 20oC – 32oC (0-1200 m dpl), merupakan suhu yang cocok untuk tanaman terung
(2) Kelembaban Udara
Pertumbuhan tanaman terung dapat berjalan baik pada kelembaban udara 80% - 90%
(3) Angin
Angin juga berperan dalam pertumbuhan terung, yaitu dengan cara membantu pengenaan serbuk sari dan putik, hingga menghasilkan pembuahan.
(4). Curah Hujan
Ketersediaan air tanah yang cukup, mempunyai manfaat dominan dalam pertumbuhan terung. Tanaman terung juga dapat ditanam sepanjang tahun dengan curah hujan yang sesuai yaitu 1000-1.200 mm/tahun.
B. Keadaan tanah
(1). Sifat Fisika Tanah
Tanah yang mudah mengikat air, gembur, atau kedalaman tanah yang cukup, merupakan sifat fisik tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman terung.
(2). Sifat Kimia Tanah
Tanah yang memiliki derajat keasaman (pH tanah) 6,8-7,3 adalah kondisi kimia tanah yang cocok untuk terung.
(3). Sifat Biologis Tanah
Pertumbuhan tanaman akan meningkat, bila unsure biologis tanahnya baik, yaitu tanah yang mengandung banyak jasad renik, serta mengandung humus dan bermacam-macam unsure hara.
BAB III “BUDIDAYA TERUNG”
A. Cara Memperoleh Bibit
Pengadaan benih/bibit tanaman dapat diperoleh dengan mengajukan bibit bantuan pemerintah atau murni swadaya petani. Namun dapat pula dilakukan sendiri atau membeli yang sudah siap tanam. Membeli bibit juga harus dari orang/tempat yang sudah dipercaya untuk terhindar dari penipuan.
B. Penentuan Saat Tanam
Waktu yang dianggap tepat untuk menanam terung adalah pada bulan Maret-April, yakni pada saa penghujung musim hujan.
C. Penyiapan Lahan
(1). Persiapan Lahan Persemaian
Syaratnya: tempat persemaian harus mempuanyai tanah yang gembur, subur, dan dapat menahan air dengan baik; bersih dari rumputan, sisa-sisa tanaman terdahulu, dan batu-batu kerikil; dekat sumber air yang sehat dan bersih, serta airnya cukup berlimpah; bebas dari banjir dan genangan air; tidak jauh dengan area penanam (kebun produksi); serta mendapatkan penyinaran cahaya matahari yang cukup. Persiapan tanah persemaian biasanya 15 hari, dan pada umur 21-30 hari bibit tanaman terung dapat dipindah tanam.
(2). Penyiapan Lahan Untuk Penanaman Bibit
Pengolahan tanah dilakukan selang 27 hari setelah mempersiapkan lahan persemaian. Karena penanaman bibit semai baru dapat ditanam setelah 26 hari, sedangkan usia bibit pindah tanam 26-30 hari setelah semai.
Pengolahan tanah dilakukan dalam tiga tahap. Pertama tanah dibajak dengan traktor atau alat bajak yang ditarik sapi atau kerbau sedalam 40 cm. Seminggu kemudian tanah dicangkul tipis-tipis agar gembur, remah, lalu diratakan. Tahap ke dua, menyisir tanah untuk memecah tanah hasil bajakan sebelumnya. Tanah dicangkul tipis-tipis dan diratakan lalu biarkan 1 minggu untuk dianginkan. Tahap ke tiga digemburkan lagi dengan cangkul tipis-tipis sedalam 30 cm, sekaligus dibuat parit berukuran 40 cm dan bedeng. Agar sinar matahari diserap merata, bedengan dibuat membujur timur ke barat, dengan lebar 100-120 cm sesuai varietas yang ditanam. Setelah bedengan dan parit dibuat, biarkan 1 minggu agar ada reaksi dari pemupukan yang telah dilakukan.Tahap pengapuran tanah dilakukan pada tahap pengolahan tanah ke dua atau ke tiga atau dua minggu sebelum tanam. Pengapuran dilakukan dengan menebarkan kapur jenis kapur tembok, kapur sirih, atau kapur karbonat menyebarkannya secara rata pada permukaan tanah, lalu dicangkul tipis-tipis sampai tercampur rata dengan tanah.
Pemupukan dasar dapat dilakukan dengan pupuk kandang, kompos, atau pupuk hijau yang telah matang, dengan dosis 15-20 ton/ha. Sterilisasi tanah juga diperlukan, yaitu untuk menekan sekecil mungkin serangan hama dan penyakit terung.
(3). Pemasangan Mulsa Plastik Hitam Perak
Cara pemasangan dilakukan setelah dibuat bedengan dan diberi bubuk, yaitu dengan cara mengairi dulu bedengan tersebut sampai basahnya cukup. Kemudian bedengan dirapikan, lalu bedengan ditutup plastik dengan yang berwarna hitam menghadap ke bawah, dan warna perak menghadap ke atas.
D. Pembibitan
Tanaman terung berkembangbiak melalui biji. Agar benih (biji) tumbuh baik, perlu disemaikan dahulu pada media semai, walau dapat pula ditanam langsung di kebun. Sebelum disemai, benih sebaiknya diseleksi. Pilihlah biji yang utuh, sehat, bersih, bentuk biji normal dan kulit bijinya mengkilap dan tidak keriput. Kemudian rendam selama 12 jam dengan air dan larutan BNN Harmony (dosis 30 cc/liter air). Selanjutnya letakkan benih pada kain basah selama 1-2 hari dan semprot 3-5 kali sehari. Namun sehari sebelum benih ditaburkan, media semainya harus disiram air dahulu. Untuk menyemai benih dapat dilakukan dengan menyebarkannya secara merata pada media semai atau bedeng, lalu secara tipis ditutup tanah. Penyapihan dan seleksi bibit dapat dilakukan bila bibit sudah berdaun 1-2 helai. Pada usia 21-30 hari, benih sapihan dapat ditanam di kebun/bedeng.
E. Menanam Bibit di Kebun
Sebelum bibit diambil dari kantung polybag hendaknya dibasahi terlebih dahulu, baru bibitnya dikeluarkan berserta tanahnya dengan cara menyobek kantung polybag. Cara pemindahan bibit dari persemaian dapat dilakukan dengan system cabut. Cara ini diawali dengan menyiram air ke dalam tanah agar akar dapat dilepas, lalu tanam di lubang bedeng (galengan kebun) yang telah disiapkan. Penanaman tersebut juga harus memperhatikan jarak tanaman yakni 60 cm untuk satu barisan.
BAB V “PENCEGAHAN SERTA PEMBERANTASAN PENYAKIT DAN HAMA”
A. Pencegahan Umum Serangan Penyakit dan Hama
Beberapa cara pencegahan:
(1). Secara kultur teknis, yaitu dengan memodifikasi kegiatan pertanian tertentu agar lingkungan pertanian menjadi tidak menguntungkan bagi perkembangan penyakit dan hama, tetapi tidak mengganggu persyaratan pertumbuhan tanaman.
(2). Secara hayati, yaitu dengan cara memanfaatkan musuh-musuh alami seperti predator, parasit, bakteri, jamur, virus, nematode, dan pathogen
(3). Secara kimiawi, yaitu menggunakan pengendali hama bahan kimia beracun (pestisida).
B. Penyakit Tanaman dan Cara Mengatasinya
(1). Antrakosa
Penyebabnya adalah cendawan Gloesporium melongena Ell Halst, yang hidup pada sisa-sisa tanaman sakit, Ia menyebar lewat air, peralatan pertanian, angin, dan serangga. Cara mengatasinya dengan menyemprotkan fungisida
(2). Bercak Daun Coercospora
Penyakit ini disebabkan cendawan Coercospora melongenae, yang membuat daun bercak-bercak kelabu gelap/kecoklatan. Cara pencegahan, menyemprotkan fungisida dan melakukan sanitasi kebun,
(3). Penyakit Busuk Buah
Penyebabnya adalah cendawan Phtopohra nicotianae B de Haan Var, dan Phtopora Palmivora buth yang menyebar lewat benih, dan tanaman inang yang sakit. Menyebabkan buah bercak cokat yang besar dan melekuk serta kebasahan. Cara pencegahan, menyemprotkan fungisida dan melakukan sanitasi kebun.

***

2 komentar:

 

My Homework Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template